Bahan Bangunan Harga Terus Melambung, Properti Bisa Naik 20 Persen!

Bahan bangunan harga terus merangkak naik selama dua bulan terakhir ini. Hal ini dipicu oleh pergantian musim, seperti curah hujan yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan beberapa kendala seperti pengiriman pasokan yang seret, dan juga kesulitan bahan baku untuk membuat bahan bangunan.

Bahan Bangunan Harga Melambung

Beberapa pusat perbelanjaan di Jakarta, Surabaya, dan beberapa kota besar di Indonesia melaporkan bahwa selama musim penghujan ini bahan bangunan harga terus merangkak naik. Bahkan pasokan beberapa bahan bangunan mulai terlihat sering seret.

Kendala yang menghadang adalah terutama akibat curah hujan yang sangat tinggi sehingga beberapa hal yang seharusnya tidak menjadi kendala malah menghambat seperti pasokan semen yang mulai seret pengirimannnya karena cuaca yang tidak mendukung. Transportasi yang digunakan untuk pengiriman malah macet karena adanya banjir di beberapa daerah di titik-titik utama jalur transportasi.

Belum lagi batu bata yang terhambat pembuatannya karena memerlukan cahaya matahari dan sekam. Sekam sebagai bahan pembakar batu bata seringkali basah karena curah air hujan yang tinggi. Bahan bangunan harga batu bata adalah salah satu yang paling melonjak naik, sekitar 71%, dari semula yang berharga RP 350/ batu bata kini malah melompat naik hingga Rp 600/ batu bata.

Selain batu bata, besi juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 13% sampai 25%, hal ini mengakibatkan beberapa harga lainnya juga terkerek naik. Besi dengan panjang 12 m, saat ini menembus angka Rp 64.000, dari semula yang berharga Rp 51.000. Selain itu kenaikan bahan bangunan harga yang juga cukup menonjol adalah pasir yang mengalami kenaikan sebesar 23%. Dari yang semula berharga Rp 310.000/ pickup hingga berharga sampai Rp 380.000/pickup.

Bahan Bangunan Harga Naik, Properti Melambung

Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap properti juga turut menyumbang kenaikan bahan bangunan harga. Pasar properti memang sedang sumringah, awal tahun ini saja properti diperkirakan mengalami kenaikan hingga 20%. Daya beli masyarakat terhadap properti meningkat tajam.

Beberapa hal yang mempengaruhi kenaikan harga properti selain meningkatnya daya beli masyarakat adalah kenaikan harga lahan, kenaikan UMK, dan kenaikan BBM. Hal ini mendorong daya beli masyarakat yang semula hanya mampu membeli rumah sederhana Rp 50 juta, hingga saat ini mampu membeli properti dengan harga RP 100 juta. Di kalangan menengah pun, rumah yang berlabel milyar laku keras di pasaran. Bisnis properti memang sedang cerah musim ini.

Walaupun begitu, para ahli mengajurkan agar pengembang lebih mewaspadai kenaikan bahan bangunan harga, serta legalitas perijinan saat mengembangkan bisnis properti. Hal ini adalah harga mati dan harus benar-benar diperhatikan.

Leave a Reply